POJOK KREATIF MAGAZINE
Kamis, 19 Agustus 2021
Rabu, 11 November 2020
Part - 7 Analisis Kinerja Keuangan
Menggunakan Rasio
Sebelum
seorang investor memutuskan untuk berinvestasi saham dengan membeli saham
perusahaan-perusahaan yang listing di bursa efek, ia mempunyai banyak
pertimbangan. Salah satu pertimbangan utama tersebut adalah adanya perasaan
aman akan investasinya dan harapan untuk memperoleh keuntungan (deviden dan
capital gain) yang besar dari investasi tersebut. Untuk itu, investor perlu
mendapatkan berbagai informasi yang jelas, wajar, dan tepat waktu sebagai dasar
dalam pengambilan keputusan investasinya. Salah satu informasi utama yang
dibutuhkan oleh investor adalah informasi mengenai kinerja dan kondisi keuangan
emiten.
Laporan
keuangan sebagai hasil akhir dari proses akuntansi dirancang untuk menyediakan
kebutuhan informasi bagi calon investor , kreditor, dan pemakai eksternal
lainnya untuk pengambilan keputusan investasi, kredit, dan keputusan lain.
Setelah mendapatkan informasi laporan keuangan perusahaan calon emiten,
informasi tersebut harus dianalisis terlebih dahulu baru kemudian dapat
digunakan sebagai dasar dalam melakukan pengambilan keputusan investasi. Menurut
Wibowo (2011), analisis keuangan (financial analysis)
merupakan penggunaan laporan keuangan untuk menganalisis posisi dan kinerja
keuangan perusahaan, dan untuk menilai kinerja keuangan di masa depan. Mereka
mengatakan bahwa analisis keuangan terdiri atas tiga bagian besar :
1. Analisis
Profitabilitas (Profitability Analysis)
Analisis profitabilitas merupakan evaluasi atas tingkat
pengembalian investasi perusahaan. Analisis ini berfokus pada sumber daya
perusahaan dan tingkat profitabilitasnya, melibatkan identifikasi dan
pengukuran dampak berbagai pemicu profitabilitas. Analisis ini juga mencakup
evaluasi atas dua sumber utama profitabilitas, yaitu marjin (bagian dari
penjualan yang tidak tertutup oleh biaya) dan perputaran (penggunaan modal).
2. Analisis Risiko (Risk Analysis)
Analisis risiko merupakan evaluasi atas kemampuan perusahaan
untuk memenuhi komitmennya. Analisis ini melibatkan penilaian atas solvabilitas
dan likuiditas perusahaan sejalan dengan variasi laba.
3. Analisis Sumber dan Penggunaan Dana (Analysis of Sources and
Uses of Funds)
Analisis sumber dan penggunaan dana merupakan evaluasi
bagaimana perusahaan memperoleh dan menggunakan dananya. Analisis ini
memberikan pandangan tentang implikasi pendanaan perusahaan di masa depan.
Untuk membantu pengguna dalam menganalisis
laporan keuangan, tersedia beragam alat yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan
yang spesifik. Umumnya ada lima alat penting untuk analisis keuangan, yaitu :
analisis laporan keuangan common-size (common-size financial
statement analysis), analisis rasio (ratio analysis) analisis arus
kas (cash flow analysis), dan penilaian (valuation).
- Rasio Likuiditas
Rasio
likuiditas yaitu
menunjukkan kemampuan suatu perusahaan
untuk memenuhi kewajiban keuangannya
yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban
keuangan pada saat ditagih. Likuiditas juga
dapat dikatakan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya yang segera
harus dipenuhi. Jika semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan
hutang lancar, maka semakin tinggi pula kemampuan perusahaan dalam menutupi
kewajiban jangka pendeknya atau dikatakan likuid, sebaliknya semakin rendah
rasionya maka semakin rendah kemampuan likuiditas perusahaan yang dikatakan
illikuid. Sebagai catatan aktiva lancar harus di atas jumlah hutang lancar,
namun jika terlalu tinggi juga tidak baik bagi perusahaan. Rasio likuiditas
yang ideal adalah 200 – 300%. Apabila rasio perusahaan di atas 300% maka dapat
terjadi over likuid atau ketersdiaan kas yang tidak digunaan perusahaan terlalu
tinggi (idle cash).
Current ratio
Rasio
ini membandingkan antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Rasio ini
memberikan informasi mengenai kemampuan aktiva lancar untuk menutup hutang
lancar. Yang termasuk dalam aktiva lancar seperti kas, piutang dagang,
efek, persedian dan aktiva-aktiva lainnya. Sedangkan yang termasuk dalam hutang
lancar meliputi, hutang dagang, hutang wesel, hutang bank, hutang gaji dan
hutang lainya yang menuntut untuk segera dibayarkan (sutrisno, 2001).
Rumusnya adalah :
Aktiva
lancar
Current Ratio = --------------------- x 100%
Kewajiban lancar
Rasio ini sangat bermanfaat
untuk mengetahui sampai seberapa jauh perusahaan dapat melunasi hutang jangka
pendeknya. Semakin besar rasio yang diperoleh, semakin lancar hutang pembayaran
jangka pendeknya.
Quick ratio
Quick ratio atau yang sering
disebut juga dengan acid
ratio, adalah perimbangan antara jumlah aktiva lancar yang
dikurangi dengan persedaian, dengan jumlah hutang lancar. Disini persediaan
tidak dimasukkan kedalam perhitungan quick ratio, karena persediaan merupakan
salah satu komponen dari aktiva lancar yang paling kecil tingkat likuiditasnya. Dalam hal ini quick ratio lebih berfokus pada
komponen-komponen aktiva lancar yang lebih likuid seperti kas, surat-surat
berharga, piutang yang dihubungkan dengan hutang lancar atau hutang jangka
pendek.
Rumusnya adalah :
Aktiva lancar - Persediaan
Quick Ratio =
------------------------------------- x 100%
Kewajiban
lancar
Jika terdapat perbedaan yang sangat
signifikan antara quick ratio dengan current ratio, dimana posisi current ratio
meningkat sedangkan pada quick rationya menurun, hal ini menandakan bahwa
terjadi sebuah investasi yang besar pada persediaan. Rasio ini akan menunjukan kemampuan ativa
lancar yang paling likuid sanggup menutupi hutang lancar. Dimana semakin besar
Quick rasio maka
semakin baik, sedangkan untuk angka rasio ini tidaklah harus mencapai angka
100% atau 1:1, artinya walaupun rasio nya tidak mencapai angka 100% dan hanya
mendekati 100% maka perusahaan juga sudah dikatakan sehat.
Cash Ratio
Rasio ini berguna untuk
membandingkan antara kas dan aktiva lancar yang bisa dengan segera menjadi uang
kas dengan hutang lancar. Dalam hal ini kas yang dimaksud adalah uang
perusahaan yang disimpan dikantor dan yang ada di bank dalam bentuk rekening
koran. Sedangakan harta setara dengan kas adalah
merupakan harta lancar yang dengan mudah dan cepat untuk dapat diuangakan
kembali, hal ini dapat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian Negara yang menjadi domisili dari perusahaan yang
bersangkutan.
Rumusnya adalah :
Kas + Setara Kas
Cas Ratio = ---------------------------- x 100%
Kewajiban lancar
Rasio ini akan menunjukan porsi jumlah kas ditambah dengan
setara kas kemudian dibandingkan dengan kewajban lancar. Diamana kondisi
semakin besar rasionya semakin baik pula, rasio ini sama dengan Quick ratio,
dimana angkanya tidak harus mencapai 100%.
b. Rasio Profitabilitas
Profit merupakan
hasil dari kebijakan manajemen. Oleh karena itu, kinerja perusahaan dapat
diukur dengan profit. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan profit disebut
profitabilitas. Profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan
dan keputusan. Untuk menilai profitabilitas suatu perusahaan dengan melakukan
berbagai alat analisis, tergantung dari tujuan analisisnya. Analisis
profitabilitas memberikan bukti pendukung mengenai kemampuan perusahaan untuk
memperoleh laba dan sejauh mana efektivitas pengelolaan perusahaan. Kemampuan
profitabilitas haruslah memiliki rasio yang positif. Semakin tinggi raso
profitabilitas maka semakin baik bagi perusahaan.
Indikator
yang dapat digunakan untuk mengukur profitabvilitas adalah :
(1) Return On
Investment atau ROI
(2) Rasio keuntungan terhadap modal sendiri atau ROE
(3) Rasio tingkat pengembalian terhadap aset atau ROA
(4) Net Profit Margin
(5) Produktivitas aset
(6) Gross margin dan Operating
Margin
1. Return On Investment (ROI)
Adalah rasio Tingkat Pengembalian Investasi untuk
mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam
aktiva yang digunakan untuk kegiatan opeasional perusahaan, sehingga perusahaan
dapat menghasilkan keuntungan. Rasio ini dapat diformulasikan sebagai
berikut
:
ROI = Profit Margin x Asset Turover
ROI = (Profit bersih/Net
Sales) x(Nest Sales/Total Asset) ) x100%
ROI = (Profit Bersih/
Total Asset) x 100 %
2. Return on
Equity (ROE)
Keuntungan atas modal sendiri
disebut juga dengan ROE (Return on Equity). Rasio ini digunakan untuk
mengukur tingkat keuntungan dari investasi pemilik modal dan dihitung
berdasarkan pembagian antara profit bersih (keuntungan netto sesudah pajak),
dengan modal sendiri. Rumus yang digunakan adalah :
Laba bersih sesudah pajak
ROE =------------------------------------- x 100
%
Modal Sendiri
3. Net Profit Margin
Adalah rasio antara profit
bersih setelah pajak dibagi dengan total penjualan. Keunggulan rasio ini yaitu dapat mengukur tingkat
pengembalian penjualan. Rasio ini sangat berguna untuk mengetahui penyebab
suksesnya perusahaan. Rumus yang
digunakan adalah :
Laba Bersih
Net Profit Margin = ---------------- x 100%
Penjualan
4. Produktivitas
aset
(ROA)
Adalah rasio antara pendapatan
kasar (profit usaha) dikurangi pajak, dibagi dengan total aset.
Rasio ini merupakan mengukur
produktivitas seluruh daya yang digunakan perusahaan. Rumus yang digunakan adalah :
Profit usaha - pajak
Return On Assets = ---------------------------- x 100%
Total
Assets
5. Gross and Operating Margin
Adalah rasio yang dapat
menggambarkan sampai seberapa besar profit kotor dan profit operasional dibandingkan dengan penjualan bersih yang dicapai
perusahaan. Rumus yang digunakan adalah :
Laba Kotor
Gross Profit Margin = ---------------- x 100%
Penjualan
Laba Operasi
Operating Profit Margin =
---------------- x 100%
Penjualan
c. Rasio
Solvabilitas
Rasio solvabilitas suatu
perusahaan menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi
segala kewajiban finansialnya apabila
sekiranya perusahaan tersebut
pada saat itu dilikuidasikan.
1. Rasio
utang atau Debt Ratio (Debt to Asset Ratio)
Tandelilin (2010:106) Total Debt to Total Capital Assets adalah
rasio yang dihasilkan dengan me,bandingkan jumlah utang (total debt) di satu
pihak dengan jumlah aktiva (total asset) di lain pihak.
Rasio ini dapat diformulasikan sebagai berikut :
Jumlah
Utang
Debt to Asset Ratio =------------------- x 100%
Jumlah Aktiva
2. Rasio
utang terhadap ekuitas atau DER (Debt to Equity Ratio)
Rangkuti (2010:184) mengatakan DER (Debt to Equity Ratio) yaitu perbandingan antara total kewajiban (total
utang) dengan total modal sendiri (equity). Rasio ini menunjukan sejauh mana
modal sendiri menjamin seluruh utang. Rasio ini dapat
diformulasikan sebagai berikut :
Total
Kewajiban
DER =
=----------------------- x 100%
Modal Sendiri
d. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas dapat menjelaskan efektivitas manajemen
dalam mengelola bisnisnya. Ukuran yang dipakai untuk menilai efektivitas
manajemen antara lain adalah dengan melihat nilai Ratio Collection Period atau Periode Pengumpulan Piutang, Ratio Fixed Asset Turnover atau
Perputaran Harta Tetap, Ratio Working
Capital Turnover atau Perputaran Seluruh Modal Kerja.
1)
Collection Period atau Periode Pengumpulan Piutang
Adalah rasio yang
menunjukkan perputaran piutang dibagi penjualan harian. Rasio
ini dapat diformulasikan sebagai berikut :
Piutang Dagang x 360 hari
Collection Period =
--------------------------------------
Net Sales
Rasio ini berfungsi mengukur
efektivitas pengelolaan piutang, dimana semakin tinggi tingkat
perputaranya semakin efektif pengelolaan piutangnya.
2)
Fixed Asset Turnover atau Perputaran Harta Tetap
Adalah rasio antara penjualan dan harta tetap (fixed assets). Rasio
ini dapat diformulasikan sebagai berikut :
Penjualan
Fixed Asset Turnover = ------------------
Aktiva Tetap
Rasio ini berfungsi mengukur
efektivitas pengelolaan aktiva tetap, dimana semakin tinggi tingkat
perputaranya semakin efektif pengelolaan aktiva tetapnya.
3) Working
Capital Turnover atau Perputaran
Seluruh Modal Kerja
Adalah rasio untuk mengukur perputaran modal kerja
perusahaan, yang dihitung dengan cara membagi penjualan dengan harta lancar
dikurangi utang lancar. ). Rasio ini dapat diformulasikan sebagai
berikut :
Penjualan
Working Capital Turnover =
----------------------------------------
Aktiva lancar – hutang lancar
Rasio ini berfungsi mengukur
efektivitas pengelolaan modal kerja, dimana semakin tinggi tingkat
perputaranya semakin efektif pengelolaan modal kerjanya.
4)
Inventory Turn Over atau Perputaran Persediaan
Tak
jauh beda dengan perputaran piutang, rasio yang kedua ini juga menggambarkan
akan liquiditas dari perusahaan, yakni dengan cara menggukur efisiensi sebuah
perusahaan dalam mengelola dan menjual persediaan yang dimiliki perusahaan.
Adanya perputaran persediaan yang tinggi menandakan semakin tingginya
persediaan berputar dalam satu tahun, hal ini menandakan adanya efektifitas
manajemen persediaan. Namun sebaliknya, apabila perputaran persediaan
yang ada pada perusahaan rendah, maka hal ini menunjukan kurang adanya
keefektifan dalam pengelolaan persediaan pada perusahaan tersebut. Rasio ini
dapat diformulasikan sebagai berikut :
Harga Pokok Penjualan
Inventory Turn Over = ---------------------------------
Rata – Rata Persediaan
Rasio ini berfungsi mengukur
efektivitas pengelolaan persediaan, dimana semakin tinggi tingkat
perputaranya semakin efektif pengelolaan persediaanya.
a.
Rasio
Pasar
Rasio Nilai Pasar
merupakan indikator untuk mengukur mahal murahnya suatu saham,
digunakan untuk membantu investor dalam mencari saham yang memiliki potensi
keuntungan dividen yang besar sebelum melakukan penanaman modal berupa saham. Pertumbuhan
laba dan deviden serta expected rate of return dari suatu saham
berubah-ubah nilainya maka EPS
diharapkan juga akan berubah sepanjang waktu berjalan dan pada akhirnya menuju
suatu tingkat nilai EPS
rata-rata dari saham yang mempunyai tingkat risiko yang sama.
Earning Per
Share
Pemodal seringkali memusatkan pentingnya perhatian pada Earning
Per Share (EPS) dalam melakukan analisis. Hal ini dikarenakan EPS
menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham
biasa. Para calon investor tertarik
dengan EPS yang besar, karena hal ini merupakan salah satu indikator
keberhasilan perusahaan. Peningkatan EPS menandakan bahwa perusahaan berhasil
meningkatkan kemakmuran para investor, dan dari hal tersebut akan mendorong
investor untuk menambah jumlah modal yang ditanamkan pada perusahaan. Hal itu
akan mengakibatkan kenaikan laba yang pada akhirnya ada kecenderungan kenaikan
harga saham, begitu juga sebaliknya.
Seperti yang dikatakan oleh fahmi (2012:96) bahwa Earning
per share atau pendapatan
perlembar saham adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada
para pemegang saham yang dimiliki. Adapun rumus Earning per share adalah :
EAT
EPS = ---------
J sb
Keterangan :
EPS = Earning per
share
EAT = Earning After Tax atau pendapatan
setelah pajak
J sb = Jumlah saham yang beredar
Price Earning Ratio (PER)
Rasio ini merupakan salah satu ukuran paling dasar dalam
analisis saham secara fundamental. Secara mudahnya, PER adalah 'perbandingan antara
harga saham dengan laba bersih perusahaan', dimana harga saham sebuah emiten
dibandingkan dengan laba bersih yang dihasilkan oleh emiten tersebut dalam
setahun. Price to Earning Ratio ini
merupakan rasio yang sering digunakan untuk mengevaluasi investasi prospektif.
Rasio ini juga digunakan untuk membantu investor dalam pengambilan keputusan
apakah akan membeli saham perusahaan tertentu. Umumnya, para trader atau
investor akan memperhitungkan PER atau P/E Ratio untuk memperkirakan nilai
pasar pada suatu saham. Adapun rumus Price to Earning Ratio adalah :
Harga Pasar Saham
Price to
Earning Ratio =
---------------------------------
Laba Perlemba Saham
Rasio PER-nya yang lebih tinggi menunjukan bahwa pasar
bersedia membayar lebih terhadap pendapatan atau laba suatu perusahaan, serta
memiliki harapan yang tinggi terhadap masa depan perusahaan tersebut sehingga
bersedia untuk menghargainya dengan harga yang lebih tinggi. Di sisi lain,
Rasio Harga Terhadap Pendapatan (Price
Earning Rasio) yang lebih rendah mengindikasikan bahwa pasar tidak memiliki
kepercayaan yang cukup terhadap masa depan saham perusahaan yang bersangkutan.
Analisis kinerja keuangan biasanya akan dikaitkan terhadap
perkembangan harga saham maupun return saham.
Perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang baik biasanya akan direspon baik
pula oleh investor yang menyebabkan pergrakan harga saham juga akan semakin
baik. Begitu pula sebaliknya, investor akan merespon negatif terhadap kinerja
keuangan yang buruk. Setidaknya hal ini telah dibuktikan oleh hasil – hasil
research terdahulu.
No. |
Nama
Peneliti |
Judul
Peneliti |
Variabel
yang Digunakan |
Kesimpulan |
1 |
Anastasia (2001) |
Analisis Faktor
Fundamental dan Resiko Sitematik terhadap Harga Saham Perusahaan Properti di
BEJ |
Return
on assets, Return on equity, Book value, Payout ratio, Required rate of
return, Debt to equity ratio) dan Resiko sistematik (beta) serta Harga
Saham |
Faktor
fundamental dan resiko sistematik secara bersama-sama berpengaruh signifikan
terhadap harga saham, namun pola hubungannya lemah, karena R square yang
diperoleh hanya sebesar 0,303 dan Adj. R square 0,244.
Secara parsial hanya variabel book value yang berpengaruh secara
signifikan pada alpha 5% terhadap harga saham. |
2 |
Saputra (2002) |
Pengaruh Resiko Sistematis dan Likuiditas Terhadap
Tingkat Pengembalian Saham Badan-Badan Usaha yang Go-Public di Bursa
Efek Jakarta pada Tahun 1999 |
Resiko
sistematis, likuiditas dan Harga saham |
Resiko
sistematis maupun likuiditas saham yang diukur dengan besarnya bid-ask spread
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengembalian saham dari
badan-badan usaha yang go public di Indonesia. Dari uji hipotesis didapatkan
hasil bahwa resiko sistematis lebih mempengaruhi tingkat pengembalian suatu
saham dibandingkan dengan likuiditas saham yang diukur dengan besarnya bid-ask
spread. |
3 |
Setianingrum (2005) |
Pengaruh faktor-faktor fundamental dan resiko
sistematik terhadap harga saham (studi kasus pada perusahaan manufaktur yang
listed di BEI) |
ROA
(Return On Asset), ROE (Return On Equity), Earning Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER) dan Resiko
Sistematik serta Harga saham |
ROA
(Return On Asset), ROE (Return On Equity), Earning Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER) dan Resiko
Sistematik berpengaruh secara simultan terhadap harga saham, sedangkan secara
parsial, hanya Dividend Per Share
dan Earning Per Share (EPS) yang
berpengaruh terhadap harga saham.
|
4 |
Limbong (2006) |
Pengaruh Faktor Fundamental dan Resiko Sistematis
Terhadap Tingkat Keuntungan Saham Perbankan di Bursa Efek Jakarta |
Return
on risk asset, net profit margin, dan loan to debt ratio serta Resiko
Sistematik. |
Faktor
fundamental dan resiko sistematik secara serempak berpengaruh signifikan
terhadap tingkat keuntungan saham perbankan di Bursa Efek Jakarta. Sedangkan
secara parsial, faktor fundamental yang terdiri dari return on risk asset,
net profit margin, dan loan to debt ratio yang berpengaruh signifikan
terhadap tingkat keuntungan saham perbankan di BEJ. |
5 |
Harahap dan Agusni
(2007) |
Pengaruh Faktor Fundamental dan Resiko Sistematik
terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia |
BVS,
ROA, DER, Resiko Sistematik dan Harga
Saham |
Faktor
fundamental dan resiko sistematis secara simultan berpengaruh terhadap harga
saham, namun secara parsial hanya BVS dan beta sistematis yang berpengaruh
terhadap harga saham, sedangkan ROA dan DER tidak berpengaruh terhadap harga
saham. |
6 |
Hijriah (2007) |
Pengaruh Faktor Fundamental Dan Resiko Sistematik
Terhadap Harga Saham Properti di Bursa
Efek Jakarta |
Return
on assets (ROA) , Return on equity (ROE), Debt to equity ratio (DER), Price
earning ratio (PER), Earning per share (EPS), Book value (BV), Resiko
sistematik (Beta) dan Harga saham |
Secara
serempak, faktor fundamental yang terdiri dari return on assets (ROA) ,
return on equity (ROE), debt to equity ratio (DER), price earning ratio
(PER), earning per share (EPS), book value (BV) dan resiko sistematik (Beta)
memiliki pengaruh high significant terhadap harga saham properti. Secara
parsial faktor fundamental return on asst (ROA), price earning ratio (PER),
dan book value (BV) memiliki pengaruh high significant terhadap harga saham,
sedangkan faktor fundamental yang lain serta resiko sistematik (Beta) tidak
memiliki pengaruh terhadap harga saham properti di Bursa Efek Jakarta. |
7 |
Wahyuni (2008) |
Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Dan Resiko
Sistematik Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Tambang Dan Energi Yang
Terdaftar Di BEI |
ROA, ROE, BV, EPS, PER, Resiko sistematik (beta) dan Harga saham |
Hanya faktor fundamental Earning
Per Share (EPS) yang mempengaruhi harga saham secara parsial, sedangkan
faktor fundamental yang lainnya tidak berpengaruh. Sedangkan secara simultan,
semua faktor fundamental (ROA, ROE, BV, EPS, PER) dan resiko sistematik (beta)
berpengaruh terhadap harga saham. |
8 |
Abidin (2008) |
Analisis
Faktor Fundamental Keuangan dan Resiko Sistematik Terhadap Harga Saham
Perusahaan Consumer Goods yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia |
Return
on asset (ROA), Return on equity (ROE), Price earning ratio (PER), Payout
ratio (PER), Debt equity ratio (DER), Required rate of return (r), Earning
per Share (EPS), Book Value (BV), Return on Investment (ROI), Operating
Profit Margin (OPM), Resiko Sistematik dan
Harga saham. |
Return
on asset (ROA), return on equity (ROE), price earning ratio (PER), payout
ratio (PER), debt equity ratio (DER) dan required rate of return (r) tereliminasi dalam
proses uji regresi linier metode stepwise karena memiliki pengaruh yang
rendah terhadap harga saham. Earning pershare (EPS) mempunyai pengaruh
yang paling dominan terhadap harga saham perusahaan consumer goods. Hal ini
berarti bahwa earning pershare (PES) merupakan tolok ukur yang lebih
baik dalam menilai harga saham perusahaan consumer goods. Hasil pengujian
juga menunjukkan bahwa earning pershare (EPS), book value (BV), return on
investment (ROI), operating profit margin (OPM) dan beta berpengaruh
secara simultan terhadap harga saham, variabel beta tidak berpengaruh
signifikan secara parsial terhadap harga saham perusahaan consumer goods yang
terdaftar di BEI.
|
9 |
Uli (2009) |
Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Dan Resiko
Sistematik Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Sektor Industri Barang
Konsumsi Di BEI |
ROA, ROE, BV, DPR, DER, r, resiko
sistematik (beta) dan harga saham. |
Hanya faktor fundamental Book
Value (BV) yang mempengaruhi harga saham secara parsial, sedangkan factor
fundamental yang lainnya tidak berpengaruh, sedangkan secara simultan semua
faktor fundamental (ROA, ROE, BV, DPR, DER dan r) dan resiko sistematik
(beta) berpengaruh terhadap harga saham.
|
10 |
Anwar (2009) |
Pengaruh
Faktor Fundamental Dan Resiko Sistematik Terhadap Harga Saham Perusahaan
Sektor Pembiayaan di BEI Tahun 2007-2008 |
GPM,
NPM, OPM, NPM, EPS, PER, BVS, PBV, dan BETA serta Harga saham |
Secara
bersama-sama variabel GPM, NPM, OPM, NPM, EPS, PER, BVS, PBV, dan BETA
berpengaruh yang terhadap harga saham perusahaan pembiayaan di Bursa Efek
Indonesia, sedangkan secara parsial yang mempunyai pengaruh signifikan yaitu
variabel BVS dan PBV. |
11 |
Lasni (2009) |
Analisis Faktor Fundamental dan Resiko Sistematik Terhadap Harga Saham
Pada Industri Dasar dan Kimia di Bursa Efek Indonesia (BEI) |
ROE,
ROI, BVS, PER, PBV, DER, DPR dan BETA serta Harga saham |
Faktor
fundamental BVS dan PBV yang mempengaruhi harga saham secara parsial,
sedangkan faktor fundamental yang lainnya tidak berpengaruh. Sedangkan secara
bersama-sama semua faktor fundamental (ROE, ROI, BVS, PER, PBV, DER, DPR dan
BETA) berpengaruh terhadap harga saham |